Aku terbangun, terbangun dari mimpiku. Tapi aku bingung,
sejauh mataku memandang hanyalah ada hamparan pasir disekelilingku. Pandanganku
pun samar-samar akan sekelilingku itu karena hari sudah larut. Aku berusaha
berlari, berlari, dan berlari. Aku juga berusaha mencari, mencari, dan mencari.
Tapi nihil, aku tak mendapatkan apa-apa. Aku tetap berusaha, berusaha, dan
berusaha. Aku juga tetap bertahan, bertahan, dan bertahan. Tapi lagi-lagi
nihil.
Aku ingin tetap berusaha, bertahan, berlari dan mencari, tapi
tidak dengan kondisi diri. Kondisi diri tidak bisa menerima keadaan yang tidak
jelas ini, berbanding dengan ego dan hati ini. Ego dan hati tetap percaya,
percaya pada akhirnya kau akan mendapatkannya, mendapatkan apa yang kau
inginkan. Semakin hari kepercayaan itu sedikit memudar.
Ingin rasanya aku kembali tidur dan bermimpi. Melakukan
semua yang inginkan, mendapatkan semua yang kuinginkan. Namun, itulah kenyataan
ku saat ini. Aku berada diruang yang sangat luas. Ruang yang entah ada dimana,
di hati atau pikirannya. Ruang yang entah dimana aku berada, dimana aku
ditempatkan olehnya. Ruang yang entah sampai kapan dapat menampungku didalam
dirinya.
Aku hanya ingin mengetahui. Aku hanya ingin jelas. Dimana
aku berada. Apakah diruang yang sama dengan Pohon Harapannya didalam dirinnya?
Ataukah aku berada didalam ruang yang sama dengan Pohon Kepercayaannya?
Tapi aku yakin seseorang tak pernah bisa menempatkan kedua
hal didalam ruangan itu. Itu adalah ruang hati. Aku yakin. Dimana dia pernah
menempatkan Pohon Harapan itu serta menggantikannya dengan Pohon Kepercayaan
tadi. Namun sayang aku rasa Pohon Kepercayaan itu masih tertanam kuat
didirinya.
Aku semakin bingung, apa yang harus kulakukan. Aku tak
pernah berada disituasi ini. Aku tak lagi berusaha segiat dahulu. Aku tak lagi
mencari sesemangat dahulu. Aku menyerahkan keputusan itu kepada sang pemilik
ruang, kamu. Apakah aku harus berhenti dan pergi atau tetap berada diruang itu
bersamanya, bersama memupuk pohon lainnya untuk menggantikan Pohon Kepercayaan
tadi. Atau malah aku harus tetap diruang itu, tanpa kejelasan.
Ah, aku mulai bingung dengan kerumitan ini. Apakah semua
orang juga merasakan hal yang sama untuk sekedar merasakan kebutuhan diri,
yaitu merasa menyanyangi dan disayangi? Aku pikir tidak. Atau hanya aku saja
yang bodoh? Karena aku tak tahu aku yang harus lakukan. Jujur aku tak pernah
berada dalam kondisi ini sebelumnya. Jangan terlalu berharap aku dapat
melakukan yang biasa pria lain lakukan untuk mendapatkan kebutuhan itu, tanpa
sebelumnya memberitahu aku. Karena aku memang tak tau.
Yang aku tau aku hanya menginginkan bersamamu. Bercengkrama,
tertawa bersama denganmu. Dengan kejelasan tentunya. Simple. Itu saja.
I love you. I really really do. I just don’t know how to
act, es L